Pengikut

Ki Bejo ku Puas

“Dewi, gua dengar, di daerah dusun luar kota ada orang pinter yang hebat loe, eloe coba aja ke sana, mungkin dia bisa bantu” begitu kata Cindy teman kantorku. Aku menatapnya dan berkata “sekarang udah zaman komputer, masa sih eloe nyuruh gua percaya, sama dukun?” kataKu dengan arogan.

“loh, apa salahnya di coba, apa loe mau sendiri terus, Ki Bejo itu dukun hebat, sudah banyak yang berhasil” kata Cindy lagi.

Aku diam, pikiranku menerawang jauh, memang aku tak penah mau jadi perwan tua, umurku sudah 30 tahun, tapi tak ada seorang cowokku yang tertarik padaKu. Padahal, aku tidak jelek. wajahku ayu, kulitku putih. Latar belakang pendidikanKu juga tidak jelek, dengan S1 ekonomi. Aku juga dari keluarga baik baik, dengan ekonomi cukup mapan.

“eh koq melamun sih” kata Cindy lagi. “ah engak koq, aku lagi mikirin, kerjaan, besok bos mau meeting” kataku asal jawab. “ah, eloe, kerjaan mulu, eloe mesti pikirin juga diri eleo dong, lihat gua, umur gua lebih mudah dari eleo, anak gua udah dua, kapan eloe mau punya anak, Dewi, Dewi…” kata Cindy yang terus nyerocos kaya senapan mesin.

Aku masih diam, mendengar nasehat teman baikku ini. “udah deh, eloe coba konsultasi ama Ki Bejo, nih alamatnya” kata Cindy lalu menyebutkan alamat Ki Bejo. Aku pura pura, acuh, tapi otakku mememori seluruh ucapannya.

“Dewi, kalau mau, gua akan temanin eloe pergi ke sana” kata Cindy lagi. “udah deh, Cindy, gua gak percaya ama gitu gituan” , kataKu. Cindy menghela nafas, “yah, sudah deh, tapi kalau eloe berubah pikiran eloe bilang aja yah.

Saat itu, lewat Anto, Teman kantorku juga, dia menjabat kepala mekanik. Dia seusia dengan ku, dia juga lajang dan wajahnya tampan. Aku sudah berkali kali menarik perhatiannya, tapi dia tampaknya acuh padaKu.

“Hai, Cindy, gimana kabarnya anak eleo” katanya menyapa Cindy. “he he baik baik, anak eloe gimana” kata Cindy. “ah eleo, lagi gua design “jawab Anto bercanda.

Anto berlalu, begitu saja di depanku, seakan akan aku tak ada di situ. Ada rasa kesal di hatiku. Memang benar kata Cindy, aku harus mencoba, kesaktian Ki Bejo, tapi aku terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Hari jum’at, malamnya sepulang dari kantor aku melarikan mobilku, memasuki jalan tol dan melaju kencang. Sambil mendengarkan lagu lagu romantis, mobilku melaju cepat. Sampai bertemu pintu keluar, yand di sebutkan Cindy.

Mobilku terus berjalan, dan jalan di perkampungan itu agak rusak. Jalan tak beraspal, penuh debu, dan kerikil. Aku sampai tersesar, dan bertanya tanya orang. Sampai orang terakhir “pak, numpang tanya, rumah Ki Bejo di mana yah?”.

“oh, Ki Bejo dukun sakti itu yah” katanya. Aku mengangguk, wah mungkin Ki Bejo ini benar benar sakti pikirKu. “itu, ibu lurus saja, nanti lihat rumah catnya hijau putih, nah itu rumahnya” kata orang itu.

Setelah mengucapakan terima kasih mobilku terus melaju pelan, sampai bertemu rumah berciri sama dengan yang di ucapkan orang itu. Aku memarkirkan mobilKu. Memasuki terus rumah, itu dan mengetuk pintu.

“yah, ada apa bu” kata seorang lelaki muda,berumur tak lebih dari 17 tahun. “anu dik, Ki Bejo ada?” tanyaKu. “oh, ada tunggu yah, silakan duduk dulu, saya panggilkan bapak” kata anak muda itu, sambil mempersilakan saya duduk.

Mataku melihat sekeliling ruang tamu itu, rumah itu tergolong mewah untuk ukuran kampung. Tak lama munculah lelaki tua berumur sekitar 60 tahunan. Tubuhnya masih tampak kuat. Hanya rambutnya sebagian sudah memutih. Kulitnya hitam legam.

Wajah orang itu agak menyeramkan, lebih cocok menjadi preman di banding dukun. Jari jari yang besar, di penuhi cin-cin dengan batu berwarna warni.

“selamat malam, ada yang bisa saya bantu” katanya. Aku masih agak shock melihat penampilan dirinya. “eh, anu pak.. anu “katku terbata. Ki Bejo tersenyum.

Anak muda itu kembali keluar dengan membawa, segelas air “silakan bu” katanya. Aku melihat anak muda. “ini anak saya,” kata Ki Bejo. Anak itu segera masuk kembali. Aku melihat perbedaan yang nyata, anak itu ganteng, dan kulitnya putih, koq bapaknya seperti ini yah pikirKu.

Setelah berbasi basi, dan tampaknya Ki Bejo jauh lebih ramah, di banding penampilannya, Aku lalu mengutarakan maksud kedatanganKu. “oh, masalah itu, itu masalah muda, aya kita ke kamar praktekKu” kata Ki Bejo.

Aku mengikuti dia, masuk ke sebuah kamar, berukuran cukup luas. Ki Bejo duduk bersila di hapadannya ada meja, yang di atasnya terletak baskom berisi bunga bungaan. Ada anglo, dengan arang yang membara, Ada kasur, dengan alas putih di situ serta beberapa keris dan berbagai pernak pernik perdukunan, yang terlihat berbau mistik.

Tangan Ki Bejo mengambil menyan, segemgam menyan itu di taruh di atas arang yang membara, asap mengepul dengan bau menyegat, memenuhi ruang itu. Kepalaku tersa berkunang, kunang. Dan mulut Ki Bejo berkomat kamit.

“jodoh kamu ada, cuma tertutup, sinar aura kamu gelap” kata Ki Bejo. Aku hanya mengangguk. “Kalau kamu mau Aku bisa menolong kamu, dan aku jamin berhasil” kata Ki Bejo lagi. Aku tersenyum “saya mau Ki, tolong saya”.

“Baik, sekarang, lepaskan baju kamu” kata Ki Bejo. Aku kaget mendengar kata kata Ki Bejo. Naluriku langsung berkata tidak, tapi tanganku mulai mengangkat kaos T-shirtKu. Dan aku perlahan membuka celana jeanku. Kini aku berdiri dengan hanya memakai Bra dan celana dalam saja. Mata Ki Bejo menatap liar tubuhKu Dia menghapiriku. Mulutnya berkomat kamit, tangannya bergerak gerak, aneh sepeti menari di depanKu.

“coba, lepas BH kamu “perintah Ki Bejo. Saat itu tanganku segera melepas kait BH kream Ku tanpa berpikir. Mata Ki Bejo, seperti melahap buah dadaku yang mengantung terbuka. Tangannya segera meraba buah dadaKu. Mulutnya masih terus berkomat kamit, dengan bahasa yang sama sekali aku tak mengerti.

Yang saat ini Aku rasakan ada desakan kuat di rahimKu. Aku merasa vaginaKu mulai berreaksi, aku terangsang. Tangan tangan Ki Bejo terus meraba raba buah dadaKu. Dia meremas, dan memainkan putting susuku. Putting susuku pun menerima perlakuan ini dan agak menegang.

Dan tiba tiba, jarinya menekan selangkangan celana dalamKu. “aghhhh “jeritku. Aku semakin terhanyut, dalam birahi yang di berikan Ki Bejo.

Ki Bejo kemudian membaringkan ku di kasur, di ruang itu. Aku benar bena rke hilangan pikiran jernihku, Entah kenapa aku menurut saja. “sekarangkan, kamu bayangkan lelaki yang kau inginkan” kata Ki Bejo.

Setelah berbaring, Ki Bejo dengan nafsu sekali melumat bibirku. Dia menciumku dengan penuh nafsu. Lidahnya juga terus berusaha mesuk ke mulutku. Berputar di sana, menyentuh langit langit mulutKu. Mengelitik, dan memberiku rangsangan yang hebat.

Lidahnya juga menjilati leher, kuping dan pipiku. Ada rasa jijik, tapi Aku tak bisa menolak, Aku hanya memejamkan mata, membayangkan kalau Anto yang melakuan ini semua pada diriku.

Lidah lidah Ki Bejo terus turun hingga ke buah dadaKu. menjilati putting susuKu yang semakin mengeras, dan menyedotnya dengan lembut, membuat aku makin terlena. Vaginaku rasanya terus berdenyut, dan lend*r nafsuku mengalir deras membasahi celana dalam creamku.

Sambil terus menyusu, Ki Bejo juga memainkan selangkangan celana dalamKu. Aku menjadi begitu hot. “asss, ohh Ki, Ki Bejo, saya tak tahan Ki” kataKu.

Aku benar benar terangsang, seumur hidupku, aku baru kali ini merasakan, hal ini. Memang terkadang aku melakuan masturbasi, kalau birahiku meninggi, tapi rasanya tak seperti ini. Rasa nikmat ini benar benar membuatku gila.

Dan Ki Bejo terus saja, memainkan buah dadaKU, dan selangkangan celana dalamKu. Pemainannya ini terus membawaku ke puncak kenikmatanKu. Aku benar benar tak tahan lagi, Aku menjerit penuh kenikmatan, tubuhku bergetar hebat. “Ki Bejo, ahh saya tak tahan …”.

Ki Bejo diam sebentar, menatap tubuhku yang mengejet, menikmati orgasmeku. Kemudian, yang kulihat, Ki Bejo sudah berbugil ria. Tongkat saktinya bergatung bebas, membuatku bergidik. Penisnya besar, hitam. “ayo, buka mulut kamu” katanya sambil mendekatkan penisnya ke wajahKu.

Aku seperti di sirep, mulutku terbuka lebar, dan pen|s itu bermain di dalam mulutku. Ki Bejo, memegang kepalaKu, membelai rambutku yang hitam, dan sebahu, yang selalu aku rawat dengan baik.

Penisnya terus begerak dalam mulutku. Entah kenapa, aku sangat menikmatinya. Tanpa di suruh, aku melakukan gerak seperti di filem filem porno. Ki Bejo juga sangat menikmatinya. Dia mengeram, kenikmatan.

Penisnya terus bergerak maju dan mundur, Aku sediri, dengan nasfu menyedot nyedot kepala penisnya. “ohhh … “dan sperma Ki Bejo memenuhi mulutku. “cepat, telan p-e-j-u Ku, jangan di buang, itu obat” kata Ki Bejo.

Aku menelan spermanya, yang berbau anyir, dan membuatku ingin muntah.

Ki Bejo lalu dengan tenangnya melepas celana dalamku, melebarkan kakiKu, menatap liar pangkal pahaku. Bukit kemaluanku yang berbulu, itu jadi santapan matanya. Jarinya kemudian, bergerak memaikan klitorisku. Aku kembali mendesah. Rasa gatel dan nikmat, kembali menyerang klitorisKu.

Sementara itu dia juga memainkan batang penisnya yang sudah mulai membesar kembali

Dan pen|s itu mulai mendekat ke vaginaKu. Hatiku menjerit, menolak perlakuan itu. Tapi tubuhku bagai patung, diam saja, tak protes. Perlahan ujung penisnya mulai membuka liang vaginaku yang perawan itu.

lend*r lend*r nikmat yang membasahi liang vaginaku memudahkan usahanya. pen|s itu bergerak masuk, membuatKu merasa pedih. Dan terus mendesak masuk “sakit, sakit”. Jeritku pelan.

Tanpa peduli, Ki Bejo merobek selaput darahKu. Dia terus bergerak, maju dan mundur pen|s besarnya mengisi ruang ruang dalam liang sagamaKu. Rasa perih dan sakit mendera vaginaKu. Aku mengigit bibirku menahan sakit di vaginaKu.

Tanpa peduli ke adaanku yang mengerang kesakitan Ki Bejo terus mengoyang tubuhKu. Sebentar kemudian dia mencabut penisnya tubuhku di baliknya, pinggulku di angkatnya Dari belakang, pen|s itu memasuki tubuhKu. Dan Aku merakan sakit kembali mendera vaginaKu.

Dengan posisi ini aku merasakan pen|s Ki Bejo semakin besar. Melesak dalam liang vaginaku, bergerak keluar masuk dengan cepat.

Ki Bejo dengan penuh nafsu terus merodok vaginaKu. Dia mendengus seperti banteng yang siap menanduk mangsanya. Turus begerak, membuat tubuhku semakin mengerang

Hampir 15 menit kemudian, setelah peluh membasahi tubuhnya Ki Bejo mengerang. Aku merasakan cairan spermanya tumpah ruah dalam rahimku.

Aku tersungkur, terberaing tengkurap di kasur itu. Aku lemas sekali. Di sprei berwarna putih tampak jelas, noda merah, darah perawanku. Air mataku menitik, bathinku menganggis. Kesucianku yang ku jaga selama ini telah di renggut dukun cabul ini.

Ki Bejo berjalan ke mejanya. dia mengambil segelas air, dia berkomat kamit. “nih, minum air ini, habiskan” katanya. Aku meminum air itu, dan setelah itu, tenagaku seperti pulih kembali. Aku segera berpakaian kembali. Dan segera pergi dari tempat itu tanpa permisi.

Semakin mobilku menjauh dari rumah Ki Bejo, aku semakin sadar. Dan Aku kembali menangis di mobilku, Aku telah menjadi korban penipuan dukun cabul.

Setibanya di rumah, aku membuka seluruh pakaianku, dan di selangkangan celana dalamku terdapat noda darah, kembali air mataku menitik. Aku segera membasuh tubuh membersihkan dari kotoran Ki Bejo.

Malam itu aku tidur dengan mata sembab. Aku tertidur karena ke lelahan.

Di kantor esok harinya, aku seperti tak bergairah. Aku tak bisa bekerja dengan baik. “tok tok tok, pintu ruang kantor di ketuk seseorang. “yah, masuk aja “jawab Ku.

“maaf Dewi, eh bu Dewi, saya mau lihat laporan pembelian, spare pert mesin,yang bulan lalu?” kata Anto. Aku menatapnya, tak biasanya dia minta laporan pembelian. Karena memang bukan tugas dia. Tapi aku langsung mengangguk, dan mencari file pembelian.

“ini pak Anto” kataKu sambil mememberikan file itu padanya. Dia menatapku, aku merasakan kehangatan dari bola matanya. “terima kasih Bu Dewi.” dia menerima file itu, lalu berjalan ke pintu. Dia berhenti sebentar, membalikan badannya lagi “eh maaf Bu Dewi, apa eh.. maksud saya” katanya agak gugup.

“ada apa pak Anto, koq kayak bingung” kataku. “eh, anu, saya ada undangan pesta pernikahan teman saya, maksud saya, apa Bu Dewi ada acara entar malam, apa boleh saya ajak Bu Dewi ke pesta teman saya itu” katanya.

Jantung saya berdebar, kata katanya seperti lamaran buat saya, saya tersenyum, “ah Pak Anto, saya entar malam gak ada acara” kataKu dengan perasaan berbunga bunga.

“jadi, Bu Dewi, bersedia menemani saya ke pesta itu?” tanya Anto lagi. Aku menganggukan kepala. “terima kasih Bu Dewi, nanti malam saya jemput yah” katanya yang tampaknya juga gembira sekali.

Saat itu aku termenung, apa semua ini, dari Ki Bejo. Apa dia benar benar begitu sakti.

Jam 5.00 sore aku sudah tiba di rumah. Begitu di kamar, aku melepas seluruh pakaianku, bercermin menatap bayang bayang tubuhku di cermin. Aku mengagumi sendiri bentuk indah tubuhKu.

Hpku berbunyi tepat pukul 5.30. Aku menerima Hp itu, dari Anto. “Bu Dewi, apa sudah siap, saya sedang menuju ke sana”. “oh sudah sudah siap “jawabku, dan segera masuk ke kamar mandi, begitu pembicaraan selesai.

Tepat jam 7.00 mobil BMW Anto telah ada di depan rumahKu, aku masuk ke dalam mobilnya. Aku tersenyum dan dia juga tersenyum. Mobilnya pun berjalan pelan. Dia banyak berbicara padaKu. “Dewi, apa kamu sudah punya pacar ? “tanya Anto tiba tiba

Aku mengeleng “belum, saya belum punya pacar” kataKu. Anto tersenyum, lalu berkata “Dewi, kita sama sama telah berumur, kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita berpacaran saja” kata Anto.

Hatiku dag dig dug, rasa senang, melanda diriku, saat itu juga aku resmi menjadi pacarAnto. Rupa undangan pernikahan itu cuma pura pura, Anto memang ingin mengajakku keluar, untuk menyatakan cintanya.

Kini di kantor hari hariku lebih ceria. Tiga bulan sudah kita melewati masa pacaran yang penuh kebahagian. Saat malam minggu Anto mengajakku menginap di Villanya di puncak. Aku tak keberatan, toh Anto sudah meminangku, dan orang tuaku setuju sekali. Kita tinggal menunggu hari untuk melangsungkan pesta pernikanan kita.

Di Villa itu, rasa dingin menyelimuti ku. Anto memelukku erat, memberiku rasa hangat. Bibir kami menempel erat, seakan tak bisa lepas. Tangan Anto pun mulai menjamah buah dadaKu. Aku mulai merasakan kenikmatan dari calon suamiku.

Tangan Anto terus menyusup di balik bujuku, dan memainkan putting susuKu. Saat itu kepalaku rasanya pusing, dan tiba tiba terbayang Ki Bejo. Saat itu diriku menjadi tak enak. Birahi agak menurun. Aku tak suci lagi, bagaimana jika Anto tak bisa menerima diriku.

Anto terus saja menstimulasi tubuhKu. Bajuku dilepasnya, dan kini aku sudah hampir bugil total. Anto terus menjilati buah dadaKu. Rasa birahi perlahan bangkit kembali Anto pun mulai membuka celana dalamku.

Dia sendiri membuka celananya. Aku menatap penisnya yang jauh lebih kecil dari milik Ki Bejo. Dia mendekat, dan membuka lebar kakiKu. Dia mau melakukan penetrasi. “Anto, apa tidak kita tunggu sampai menikah nanti” kataKu. Sambil mencium keningku Anto berkata “sayang, sejak aku menyatakan cintaku, aku sudah menganggap kamu istri saya sayang”.

Tiba tiba pen|s itu telah masuk, aku pura pura menjerit “aduh, sakit sekali Anto”. Padahal Aku tidak merasakan apa apa, aku merasa hambar. Anto terus bergoyang, dengan nafsu, penisnya bergerak dengan cepat keluar masuk.

Aku pun terus mendesah, walaupun tak merasakan apa apa. Anto terus mengoyang tubuhku. Udara dingin pegunungan itu, tak mampu membendung peluh yang membasahi tubuhnya. Anto mengeram, dan dia melepas spermanya.

“Oh, sayang aku sangat menikmatinya” katanya sambil menciumi bibirku dengan mesra. Setelah itu Anto terbaring kelelahan, tak lama dia tertidur.

Aku termenung di toilet, aku heran aku tak merasakan apa apa, ada nafsu, vaginaku berlendir, tapi aku tak bisa merasakan pen|s Anto. vag|na seperti mati rasa. Apa yang terjadi dengan diriku. Saat itu bayang bayang Ki Bejo membayangi diriku lagi.

Aku hanya berharap, aku terlalu tegang karena sudah tak suci lagi.

Esoknya pagi pagi Anto telah bangun. Dia mencium keningku,” selamat pagi Dewi sayang”. Aku pun tersenyum. Dan Anto sama sekali tak menanyakan soal keperawanan ku. Ini membuatku menjadi tenang.

Setelah itu, Anto kembali mencumbuKu. Kini dengan tanpa beban, Aku bisa terangsang dan menikmati setiap sentuhannya. Tapi tetap saja aku tak bisa merasakan pen|s Anto. Sama sekali mati rasa, seakan akan, pen|s Anto tak ada. Dan bayang bayang Ki Bejo selalu menghapiriku. Ini membuatku sangat menderita. Anto membuat birahi yang memuncak, tapi tak terselesaikan.

Aku tak bisa membicarakan hal ini dengan Anto. Aku hanya bisa berpura pura menikmati permainannya.

Hari itu, aku sudah berencana, ingin menanyakan masalah ini pada Ki Bejo. Sepulang dari kantor kembali aku memacu mobilku ke tempat Ki Bejo. Menyusuri jalan jalan berdebu, sampai tiba di rumah Ki Bejo.

“ada masalah apalagi, neng, apa ilmuKu tak berhasil ? “tanya Ki Bejo. Aku mengutarakan kondisiku. Ki Bejo mengajak Aku ke kamarnya lagi.

Kembali kepala pening karena asap menyan yang mengepul. “sini, biar saya periksa” kata Ki Bejo. Sambil membuka bajuku juga bra Ku. Dia melihat buah dadaKu “hmm, kilihatannya normal aja”. Kemudian dia juga membuka celanaKu berikut celana dalamnya.

Sambil duduk, tangan Ki Bejo, membuka belahan vaginaKu. “Hmm, normal aja” katanya berguman. Lalu lidahnya menjulur, dan klitorisku menjadi sasarannya. nafsuku tiba tiba menjadi tinggi. “oahhh Ki, ada apa dengan kemaluan saya “desahKu.

Lidah Ki Bejo terus merangsang syaraf syaraf sensitif di vaginaKu. lend*r kenikmatanku mengalir deras. “oh Ki, enak sekali, terus Ki, enak sekali “desahku. Aku benar benar merasa gatel di klitorisku. Setelah bermain tak terpuaskan dengan Anto, sekarang aku benra benar merasakan nikmat.

Lidah Ki Bejo aktif sekali, dan tubuhku bergetar, menerima rangsangannya. Rangsangan yang tidak ku dapati dari Anto. Sebentar saja, tubuhku bergetar hebat. Aku kejang kejang, Aku tenggelam dalam kenikmatan Ki Bejo.

Setelah membiarkan aku sebentar, kembali tangan Ki Bejo meraba raba bagian dadaKu. Putting susuku juga tak luput menerima sensasi nikmat Ki Bejo. Birahi perlahan naik lagi. Dan tanganku juga meraba raba selangkannya. “Ki, saya mau ini” kataKu.

Ki Bejo mengeluarkan senjatanya, dan membiarkan Aku memainkannya. Tanganku seperti gemas sekali, mengocok ngocok pen|s besar Ki Bejo. Sampai Aku merasakan gatel di Klitorisku, dan Aku memintanya “Ki, ayo masukin aja, aku udah gak tahan “pintaku.

Dan Ki Bejo membalikan tubuhKu. Aku tahu dia ingin memasukannya dari belakang aku langsung menungging. Aku mendesah, ketika ujung penisnya menyentuh klitoriKu Ki Bejo dengan lembut mengesek ujung penisnya di Klitorisku. Aku mendesah “ohh Ki, udah gak tahan, masukin aja..” pintaku merengek.

Pelahan Ki Bejo mendorong masuk penisnya. Aku merasakannya, tiap tiap centi, daging itu menerobos masuk ke kemaluanku. Aku mengerang nikmat, begitu juga Ki Bejo, merasakan jepitan erat vaginaku. Tubuhnya bergerak, seiring penisnya keluar masuk vaginaku.

Aku benar benar merasakan nikmat bersetubuh, dengan seorang pria. Sebentar saja tubuhku kembali bergetar hebat. Aku menerima puncak kenikmat itu dari Ki Bejo.

Tahu, aku tengah menikmati orgasmeKu, Ki Bejo diam sesaat, lalu mulai bergerak dengan lembut. perlahan menaikan kembali birahi. dan turus mengocok dengan cepat.

Membawaku ke puncak nikmatku lagi.

Tiga kali aku di buatnya orgasme, sampai dia pun mengerang, menikmati orgasmenya di vaginaKu. Tubuhku pun menjadi lemas.

Setelah, aku berpakaian, dan merapikan pakaiaanKu. Aku kembali menanyakan masalahKu. Ki Bejo membelai rambutku, “Sudahlah, saya akan coba, membantu kamu”.

Dalam perjalan pulang, mobilku berjalan lambat. Aku berpikir, kenapa aku begitu suka permainan sex Ki Bejo. Aku sepertinya ke tagihan oleh permainannya.

Aku seperti ingin membatalkan pernikahanKu dengan Anto. Dari pada menikah, tapi bathinku tersiksa, lebih baik aku sendiri pikirKu.

Hari pernikahanku akhirnya tiba juga. Dimana Aku dan Anto menjadi raja dan ratu sehari. Anto pun telah menyediakan tempat bernaung untuk ku. Sebuah rumah yang cantik di perumah yang cukup ternama.

Pesta perkawinanku juga tergolong mewah, dengan di hadir lebih dari seribu orang, kerabat ku dan Anto, serta orang tua kami.

Malam harinya, Aku bercinta dengan Anto secara resmi. Sama seperti sebelumnya, vaginaKu mati rasa. Aku terangsang, menikmati cumbuan suamiku, tapi ketika nafsuku sudah tinggi, sewaktu Anto melakukan penetrasi, aku tak merasakan apa apa.

Tidak ada rasa sakit dan tidak ada rasa nikmat. Sangat berbeda dengan Ki Bejo.

Setelah Anto ejakulasi, dan Aku belum apa apa, Aku berbaring saja. Hatiku gembira menerima sosok Anto sebagai suamiKu. Anto suami yang baik. Tapi Badanku menolak Anto. Badanku seperti milik Ki Bejo.

Di saat ini, sepertinya Aku ingin melarikan mobilku dengan kencang menuju rumah Ki Bejo, dan melampiaskan birahiku padanya.

Malam pengantin ini membuat hatiku bahagia, tapi badanku menangis kecewa

Entah apa yang akan terjadi besok.

Setelah melewati malam pengantin dengan kekecewaan, Aku semakin merasa jemu dengan suamiku Anto. Di lain pihak aku juga merasa kasih sayang dia. Sebagai pengantin baru, Anto sangat memeperhatikan Aku.

Anto bahkan tidak mengizinkan Aku untuk berkantor lagi. “Mami, sekarang mami, di rumah saja, ngapain cape cape kerja,biar papi yang cari duit, mami mau berapa “begitu katanya. Teman teman ku mengatakan aku sangat beruntung bisa bersuamikan Anto.

Aku tak tahu, perasaanku dengan Anto, hambar. Hampir tiap malam aku bercinta dengan Anto. Tiap malam pula aku kecewa. Lebih baik jika Anto tidak mengajakku bercinta. Lebih baik kita tidur saja, itu pikirku dalam hati.

Tapi tidak, Anto mencumbuku, membuatku terangsang. Aku tak bisa menolak suamiku sendiri. Anto membuatku sangat terangsang dengan cumbuan cumbuan mesranya, tapi aku tak bisa terpuaskan, aku tak bisa orgasme.

Berapa lama pun Anto mengoyang vaginaku dengan penisnya, tetap Aku tak merasakan apa apa. Seperti ada sesuatu yang menjaga vaginaku, menahan orgasmeku.

Ini membuat Aku kesal dengan Anto. Apa lagi setelah itu dia biasanya terlelap membawa kenikmatannya sendiri. Sedang Aku hanya bisa, termenung. Di saat seperti ini yang ada di bayangan sosok Ki Bejo, dengan penisnya.

Aku segera menghindar, Aku melakuan sesuatu, menonton televisi, atau apa saja. Aku tak mau memikirkan Ki Bejo, Aku milik suamiku, aku harus setia, itu yang selalu aku tanamkan dalam diriku.

Pagi itu, setelah sarapan suami siap aiap berangkat ke kantor. Dia mencium keningku, lalu dia meremas pantatku, sambil berbisik “mami, semalam goyangan papi hebat gak?”. Aku tersenyum “hebat pi, hebat “jawabku. “entar malam papi goyang lagi yah” katanya. Aku hanya mengangguk, dalam hatiku lebih baik tidak usah bercinta.

Apa aku harus hidup dalam kepura puraan. Kenapa vaginaku tak bisa menerima penisnya. Kenapa mati rasa, kenapa. Ki Bejo, apa yang kau lakukan terhadap diriku ?

Setelah Aku mandi, Aku berencana akan ke Dr Genekolog (ahli kebindanan ). Aku tak mau lagi ke Ki Bejo. Aku mau yang logic pikirku.

“yah selamat siang, ada masalah apa “tanya Dokter itu. “begini dok, saya tak bisa merasakan pen|s suami saya” kata saya. Dokter itu tersenyum “maksud ibu, tak bisa terangsang ? “tanya Dokter itu lagi.

“bukan, saya terangsang, bahkan sangat terangsang, tapi waktu suami saya mulai, vag|na saya mati rasa, tak merasakan pen|s suami saya..” kata saya. “tak merasakan pen|s.. hmmm hmm “Dokter itu berguman sendiri.

“kalau ibu menyentuh vag|na ibu, apa ibu merasakannya ? “tanya Dokter itu lagi. Aku menatap Dokter itu, sepertinya dia tak percaya pada cerita saya, sepertinya saya mengada ada. “tentu saja, saya bisa merasakan jari saya Dokter” kata saya.

Dokter itu mangut mangut “jadi ibu bisa merasakan jari ibu di vag|na ibu, tapi tak bisa merasakan pen|s suami ibu di vag|na ibu”. Intonasi nya seperti mengejek. Aku menatap Dokter itu lagi, “saya sungguh sungguh Dokter, saya tidak bercanda”.

“oh, maaf bukan begitu maksud saya, saya baru kali ini mendapat kasus seperti ini” kata Dokter itu. Aku diam. “Ok, begini, ibu silakan berbaring, saya coba periksa” kata Dokter itu kemudian.

Aku menurutinya, aku berbaring. “maaf Bu, saya harus memeriksa vag|na Ibu” kata Dokter itu. Aku mengerti, aku melepas celana dalam ku. Dokter itu mulai memakai sarung tangan karetnya. Dia mulai memeriksa vaginaku.

Dia membuka bibir vaginaku, lalu jarinya di masukan ke vaginaku. Sebentar kemudian dia mencabut jarinya. “Ibu, bisa merasakan jari saya “tanya Dokter itu. “ya, bisa Dok” kataKu. “saya, rasa vag|na ibu normal normal saja, mungkin ini hanya pskikologis saja, karena ibu kan pengantin baru” kata Dokter itu.

“maksud Dokter saya steress” kata saya. “yah mungkin” kata Dokter itu. Aku benar benar tak puas atas jawaban Dokter ini.

Tiba tiba, aku melihat tubuh Dokter itu mengejang. Kemudian dia bengong sebentar. “Dok, kenapa ?’ tanya saya keheranan melihat tingkahnya. “oh tidak apa apa” katanya.

“Coba saya periksa sekali lagi, untuk lebih jelasnya” kata Dokter itu. Dia melepas sarung tangan karetnya. Lalu jarinya membuka bibir kemaluan saya. Jarinya memainkan klitoris saya. Sekarang saya merasakan sesuatu yang lain.

Jari jarinya terus memainkan klitoris saya, saya mengigit bibir saya, lend*r saya mulai merembes keluar liang vag|na saya. Dengan adanya lend*r saya, jari jari itu lebih terasa, di klitorisku yang makin membesar. Bibir vaginaku juga terasa menebal akibat rangsangan nikmat yang di beri Dokter itu. Sensasi ini, seperti yang di berikan Ki Bejo.

Semakin lama diriku makin terhanyut, mataku terpejam, tanganku mencengkram pingir ranjang praktek dokter itu. “bagaimana, bu apa ibu, bisa merasakan nikmatnya” kata Dokter itu. “hmm, haa, hmm “hanya itu suara yang keluar dari mulutku.

Lidah Dokter itu juga menjilati vaginaku. Tubuhku mengeliat, kenikmatan, lend*r yang keluar liang vaginaku semakin menjadi. Tubuhku terus gemetar “ohh, Dokter saya merasakan, ahh, ahhh, nikmat.. saya tak tahan, ahhh”. Lidah Dokter itu terus mengaduk aduk vaginaku.

Tubuhku mengeliat, dan akhirnya menegang kejang, Aku menerima orgasme yang aku rindukan selama ini. “Lihat, vag|na anda normal saja kan” kata Dokter itu.

“Sekarang saya akan periksa t-e-t-e ibu yah” kata Dokter itu yang tanpa permisi membuka bajuku. Buah dadaku di remas remas, dan putting susuku di mainkan sesuka dia. Tubuhku mengelinjing, kenikmatan. Lidahnya juga menjilati putting susuku.

“ahh, Dokter, saya nafsu sekali, isep pentil saya dong..” pintaku dengan tak malu malu. Dokter itu juga sangat bernafsu dengan tubuhku. Dia menyedot putting susuku, dengan nafsu. Aku benar benar nikmat, dan mulutku terus mengerang ngerang, kenikmatan.

Puas bermain dengan buah dadaku, Dokter itu menyodorkan penisnya ke mulutku. pen|s yang sebesar pen|s suamiku itu aku kulum dengan nafsu. Aku menyedot nyedot, mengocok, dan terus membuat Dokter itu mengerang kenikmatan.

Doket itu terus mengocok penisnya di mulutku, maju mundur dengan cepat, sampai aku merasakan pen|s itu diam, dan mulutku penuh dengan spemarnya. Dia mencabut penisnya yang telah layu itu keluar dari mulutku.

Dia berjalan, dan memegang kakiku, lalu membuka kakiku selebar mungkin. Wajahnya sepertinya berubah, Dokter itu menjadi sangar. Penisnya dengan begitu cepat telah menegang kembali.

Dan dia mulai melesakkan penisnya masuk ke vaginaku. Aku merasakan penisnya memenuhi relung relung di dalam vaginaku. Aku merasakan penisnya besar sekali. Padahal tadi jelas jelas, aku melihat penisnya hanya sebesar pen|s suamiku.

Aku merasa nikmat yang luar biasa, aku mengerang. Aku mendesah, tubuhku terus mengeliat, pinggulku bergoyang, seirama desakkan pen|s Dokter itu. Aku terus mendesah. Tak lama tubuhku, menegang “ohhh gatel, aku keluarrr”.

Tanpa memberiku waktu, untuk menikmati orgasme, Dokter itu terus mengoyang tubuhku. Aku mengelijing, ngilu. Sebentar kemudian, dengan aktifnya pen|s Dokter itu yang terus mengesek dinding vaginaku, nafsu ku bangkit lagi.

Lima menit berikutnya aku mencapai puncak kenikmatan kembali. Hampir tiap lima menit rasanya tubuhku mengejang, merasakan puncak nikmatku. Entah berapa kali, aku berorgasme, sampai Dokter itu melepas spermanya di dalam liang vaginaku.

Setelah Dokter itu melepas, batang penisnya dari liang vaginaku. Aku kembali mengenakan pakaianku. “nah, bagaimana, berasakan, berarti anda memang suka sama pen|s orang lain” kata Dokter itu. “ha, apa maksudnya Dokter?” tanyaku.

“yah, kamu memang tipe istri yang suka selingkuh, kamu doyan n-g-e-n-t-o-t sama orang lain ha.. ha.. ha.. “ejekan Dokter itu membuat panas hatiku. Aku segera keluar dari ruang praktik Dokter itu, dan langsung berlari pulang.

Di rumah, aku menangis, hatiku pedih, baru kali ini aku di rendahkan orang seperti itu. Tapi aku juga merasakan nikmat yang luar biasa, yang di berikan Dokter itu. Aku memenuhi bathtub ku dengan air hangat, lalu aku berendam. Aku memejamkan mata, aku lebih merasa bersalah terhadap suamiku sekarang. Apa kata kata dokter itu benar.

Sensor hindungku seperti menangkap bau menyan. Aku membuka mataku, tak ada apa, hanya imajinasiku saja pikirku. Kembali aku menenangkan diri, air hangat ini membuat otot otot ku menjadi rilex.

Tida tiba, aku merasa seperti ada yang mengelitik vaginaku. Aku langsung berdiri, memegang vaginaku, aku tak menemukan sesuatu, bulu kudukku sontak berdiri. Apa apa ini. Tida tiba tubuhku kaku, aku tak bisa mengerakan anggota tubuhku, bibirku terkunci, aku seperti patung.

Dalam keadaan tegang itu, aku merasa jelas sekali seperti ada sosok yang tak nampak mata sedang merabai vaginaku. Benda seperti jari jari tangan itu menyelinap masuk ke tubuhku, bermain di dalam liangku. Anehnya, aku merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Dalam keadaan tubuh yang kaku, lend*r kenikmatan ku keluar begitu saja.

Semua organ sex ku, menjadi sangat terangsang. Aku benar benar nikmat, samapi tak bisa menahan kenikmatan itu, tiba tiba tubuhku terbebas dari ke-kaku-annya, tubuhku bergetar hebat, “ohhhh ahhhhh”.

Tubuhku terjatuh dalam bathtub, terpeleset, rebah. Kini tubuh kembali merasakan air hangat di bathtubku. Mataku terasa berat sekali, rasa ngantuk menyerangku, aku seperti melayang, dalam setengah sadar aku mendenga suara yang ku kenal, sayup sayup Ki Bejo berkata “bagai mana Dewi, apa kau merasa nikmat dengan permainanan ku tadi, kau memang istri yang suka selingkuh ha.. ha..ha.. “

“mami, mami..”. Aku merasa tubuhku di goyang, di bangunkan, aku membuka mataku, aku melihat suami dengan wajahnya yang kawatir. “mami, kamu kenapa sayang, ayo bangun,” kata suamiku menarik tanganku.

Tapi tubuh seakan lemas tak bertulang, “papi.. mami sakit, pusing…” suaraku lemah. Suamiku langsung mengendongku, membawaku ke kamar, dan memaringkan tubuhku di ranjang.. Tubuh tak bisa bergerak, suaraku sesak, tapi kesadaranku tetap tinggi. Bola mataku bisa melihat jelas, wajah kawatir suamiku.

Tangannya sibuk menekan tombol Hp nya. Dia menelpon Dokter Benny, dokter keluarganya. Selagi menunggu ke datangan Dokter Benny suami saya dengan penuh kasih sayang, membelai rambutku, dia mencium keningku.

Hatiku menjerit, Anto maafkan diriku. Setelah Dokter Benny tiba, tubuh langsung di periksa. “bagaiman dok, apa istri saya kena stroke ? “tanya suamiku dengan cemas.

“tekanan darah normal, detak jantung juga normal, tak ada tanda tanda stroke” kata Dokter Benny.

“lalu apa, penyakitnya Dok ? “tanya suamiku. Dokter Benny tampak bingung juga, dia berkata “Untuk sememtara, saya menguda istri anda ke lelahan”. Suami tampak tak puas dengan jawaban Dokter Benny. “begini saja, saya akan memberi resep, kita lihat besok, jika tidak ada perubahan, bawa istri kamu ke rumah sakit” kata Dokter Benny.

Besoknya Aku di bawa suamiku ke rumah sakit, Tubuhku masih lemas, tapi aku sudah bisa mengerakkan anggota tubuhku. Dari hasil pemeriksaan USG, dan hasil tes Lab, tubuhku normal saja. Ini yang membuat suamiku bingung.

Aku tahu penyakitku, aku tahu penyebabnya Ki Bejo, dia menginginkan kehangatan tubuhku, dia tak mau melepaskan tubuhku. Dalam keadaan setengah sadar di bathtub beberapa hari yang lalu, aku seperti berbicara dengan Ki Bejo.

Ada semacam telepati, Ki Bejo menginginkan tubuhku, dan Dialah yang membuat tubuhku suka dengannya. Walaupun jiwaku, hatiku tidak sudi.. Tapi tubuh menginginkan Ki Bejo. Dia tak akan melepaskan tubuhku.

“Mami, tadi Cindy menyarankan membawa kamu ke orang pintar, dia ada kenal namanya Ki Bejo” kata suamiku. Kepalaku seperti di pukul palu besar. “papi, masa sih, papi percaya sama, dukun” kataku. “kalau memang bisa menyembuhkan mami, apa salahnya dukun” kata suamiku lagi. “tidak mau” kataku.

Selagi suami saya mandi, saya menelpon Cindy. “Cindy eleo gila yah, kenapa kasih tau Anto masalah Ki Bejo?”. “tenang Dewi, gua ngak bilang eloe dapet jodoh dari Ki Bejo koq ““eleo engak tahu yah, gua di..” aku menghentikan kata kataku.

Aku tak pernah menceritakan tentang hubungan ku dengan Ki Bejo. Kalau aku bicara takutnya akan menjadi bumerang unutuk ku. Dewi pun bertanya “tahu apa ?, kamu kan dapet Anto dari dia, kenapa tak minta tolong sama dia?”. Aku menarik nafas “yah sudah deh” kataku langsung memutus hubungan telepon itu.

Keesokan harinya, tanpa ku ketahui suamiku, pulang dengan membawa Ki Bejo.

“mami, itu aku bawa Ki Bejo, dia akan mencoba mengobati kamu” kata suamiku. “ha, Ki Bejo, aku gak mau, aku gak percaya dukun” kataku protes. “sudalah mi, di cobakan ngak ada salahnya” kata suami merayuku. Benar benar Ki Bejoo tak mau melepaskan diriku.

Aku mengalah, dan suamiku membawa Ki Bejo masuk ke kamarku. Ki Bejo tersenyum melihatku, aku memandang rendah dirinya. “saya akan periksa istri bapak” kata Ki Bejo kepada suamiku. “silakan pak” kata suamiku.

Ki Bejo memegang tanganku. sambil mulutnya berkomat kamit. “wah, istri anda di ikuti barang halus” kata Ki Bejo. “wah, bisa di tolong Ki?” tanya suamiku. “oh ini hal mudah..” kata Ki Bejo.

“saya minta berdua dengan istri anda, selama pengobatan tidak boleh ada yang ganggu jika konsentrasi saya terganggu jiwa istri anda akan terancam, mengerti” kata Ki Bejo.

“saya mengerti Ki” kata suami saya tanpa curiga.

“mami, saya tinggal dulu yah, biar lah kita kasih sesempatan sama ki Bejo” kata suamiku. Aku diam saja, mau bilang tidak rasanya tidak mungkin.

Setelah suami meninggalkan kama, Ki Bejo langgsung mengunci pintu kamarku. Aku benar benar tak bisa apa apa, kini aku harus ditiduri Ki Bejo di ranjang ku dan suamiku sendiri.

Ki Bejo mendekat, Aku melotot “jangan macam macam, aku akan teriak “ancamku.

“kau lupa yah, dari siapa kau mendapat suamimu” kata Ki Bejo sambil membuka celananya. Penisnya yang besar mengacung tepat di wajahku. Setelah melihat penisnya tubuh seketika mendapat tenaga extra. Aku seperti tak bisa mengatur tubuhku.

Aku meraih batang penisnya tegak itu, memainkan dengan nafsu. Lalu aku membuka mulutku lebar lebar, dan aku mengulum penisnya. pen|s itu aku sedoot sedot, sepreti anak kecil yang mengharapkan susu dari ibunya..
Ki Bejo memegang kepalaku, dan terus mengocok batang penisnya di mulutku. Kira kira lima belas menit, Ki Bejo memuntahkan spermanya dalam mulutku. Bagai orang ke hausan air maninya aku telan. Rasanya kerongkongan ku dingin dan suara serak ku hilang.

Ki Bejo pun tanpa segan memreteli pakaianku satu persatu. kini dengan senyum penuh nafsu Ki Bejo menatap tubuhku, yang hanya memakai celana dalam pink. Lidahnya terus membangkitkan nafsu birahiku di seputar buah dadaku. Aku tak bisa apa apa, aku seperti wanita haus belaian sex, dari Ki Bejo.
Klitorisku rasanya mulai gatel, lend*r pun mulai membasahi selangkangan celana dalamku. Sambil terus menjilati buah dadaku dengan nafsu jarinyapun bermain di selangkangan celana dalamku. Tanpa sadar, aku melebarkan kakiku sendir, sehingga jari Ki Bejo leluasa memainkan selangkangan celana dalamku.

Sentuhan jari Ki Bejo sangat terasa menembus celana dalamku. lend*r terus membasahi celana dalamku. Klitorisku makin terasa gatel. Aku mulai tak tahan, aku mendesah pelan “shhh, Ki aku gak tahan..”. Ki Bejo terus memainkan tubuhku “yah, Dewi, akuilah kamu membutuhkan diriku, kamu membutuhkan kepuasan dariku “
Aku mengerang erang kenikmatan “yah Ki, aku butuh, aku mau Ki.. aku mau..”. Jari Ki Bejo makin cepat, bergetar di selangkangan celana dalamku, yang kian basah. Tubuhku melengkung, aku mencapai puncak birahi.
Tanpa melepas celana dalamku, Ki Bejo memasukan penisnya dengan menyingkap celana dalamku ke samping. “ahhh.. Ki…”. “kamu suka Dewi..” kata ki Bejo setelah seluruh batang pen|s besarnya menancap di liang sagamaKu. “oh Ki, saya suka. ayo goyang Ki “pintaku.

Ki Bejo pun bergerak, maju dan mundur, penisnya yang besar itu merodok liang vaginaku dengan nafu yang tinggi. Aku mendesah desah, nikmatnya tak bisa kubayangkan. Gesekkan pen|s besarnya, membuat klitorisku menjadi membengkak. karena nikmat.

Ki Bejo terus mengoyang liang vaginaku, aku benar benar di buatnya melayang, tak lama tubuhku mengejang, mencapai puncak birahiku. Beberapa kali aku mencapai puncakku, sampai Ki Bejo juga menyumburkan spermanya di liangku.
Setelah batang penisnya tercabut, Ki Bejo merapikan celana dalamku, dan dia membiarkan spermanya di dalam liang vaginaku. Aku sama sekali tak keberatan. Anehnya aku malah merasakan vaginaku menjadi sensitif.

Tubuhku kembali normal seperti sediakala. Malah terasa lebih sehat. Ki Bejo menyuruhku berpakaian kembali lalu dia memanggil suamiku.

“Lihat istri anda telah sembuh” kata Ki Bejo. Suamiku menghampiri diriku “wah, bagaimana Mi, apa sudah mendingan”. “yah, aku jauh lebih baik “jawabku.

Suamiku pun mengucapkan terima kasih pada Ki Bejo.

“Begini, sekarang istri anda telah sembuh, tapi mahluk halus yang berhasil saya keluarkan dari tubuh istri anda, bisa balik lagi” kata Ki Bejo. “wah jadi bagaimana Ki ? “tanya suami saya. “yah, saya harus menjaganya untuk beberapa waktu, di sini” kata Ki Bejo.

“oh terima kasih Ki, KI Bejo bisa tinggal di kama atas, kusus buat tamu kata suamiku.“kata suamiku. “baiklah” kata Ki Bejo.

Kemudian mereka ke luar dari kamar ku, dan suamiku membawa Ki Bejo ke kamar atas.

Tanganku menyelinap ke balik celana dalamku, meraba vaginaku yang basah oleh sperma Ki Bejo, meraba klitorisku sendiri, dan merasa nikmat.

Melihat kondisi tubuhku yang sudah pulih kembali, suamiku tampak gembira sekali.

Malam itu dia mencumbuku, sudah seminggu ini aku tak bisa melayaninya. Malan ini suamiku menagih. Aku bercumbu hingga terangsang tinggi.

Tapi tetap saja, setelah pen|s itu dalam vaginaku aku tak merasakannya. Suamiku mendasah kenikmat, memuji muji betapa nikmat liang vaginaku, sedang aku sendiri tak pernah merasakan nikmatnya pen|s suamiku.

Akhirnya suamiku mencapai puncak kenimatannya. dangan menyiram banyak sperma di rahimku.Aku hanya tersenyum. Tak lama suami yang ke lelahan itu telah terlelap.
Kakiku langsung melangkah kecil, perlahan gagang pintukamarku aku buka, aku berjalan mengendap endap ke kamar atas.

Ki Bejo, seperti sudah tahu, dia sudah bersiap siap. Aku melepas gaun tidurku.” katakan apa yang ada di hatimu” kata Ki Bejo. “Ki, puaskan diriku, aku ingin Ki “pintaku.
Ki Bejo merangkul diriku, menyuruh aku menunging, penisnya yang telah siap itu, di masukan dari belakang. “heemm” kata dengan desah yang ku tahan. “Dewi, menjeritlah, betapa keras jeritan mu suamimu tak akan bangun ha ha ha” kata Ki Bejo

pen|s itu terus mengesek dinding vaginaku, aku menjerit, mengerang nikmat. Samapi aku benar benar merasa puas.
Setelah nafsuku terpuaskan, aku segera mengenakan pakai-an ku kembali. “Ki Bejo, apa Ki Bejo bisa mengemudikan mobil?” tanyaku. Ki Bejo tersenyum, sambil dia mengelus elus punggungku.

Aku berjalan menurunin tangga rumahku, dan kembali ke kamar tidurku. Kali ini aku tertidur dengan membawa kenikmatanku.
Esok pagi tubuhku terasa segar sekali.wajahku juga berseri seri. “mami, wah mami benar benar sudah sehat sekarang” kata suamiku. Aku memeluknya, dan mencium suamiku.

“pi, bagaimana kalau Ki Bejo, kita jadikan sopir pribadi, Ki Bejo sudah setuju tuh” kataKu. “Oh, kalau dia mau tentu saja boleh” kata suamiku.

Aku mencium pipi suami ku.

No comments:

Post a Comment

You Comment I Follow

 

Mengenai Saya

Most Reading

Powered by Blogger.